Senin, 21 April 2014

Psikologi Seni Pada Anak


Karya seni merupakan suatu ungkapan atau perasaan seseorang yang dituangan melalu hasil karya. Dengan adanya seni seseorang dapat menuangkan ide, gagasan, imajinasi, sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Ada yang beranggapan seni ada sejak manusia itu dilahirkan. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak seusia dini merupakan kegiaan yang berkesenian.
Pada masa dini anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Mulai dari pertumbuhan, berbicara ataupun berbahasa , perkembangan mental dan anakpun mudah meniru apa yang terjadi di alam dan melihat kenyataan yang ada. Untuk itu anak perlu didikan yang khusus dan jauhkan anak dari pengaruh sikap dan buruknya suatu perbuatann karena apa yang ia lihat akan mudah ditangkap oleh anak. seorang ibu tidak ingin menjadikan anak mempunyai sikap dan buruk dari dini hingga ia tua. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang deswasa secara melalui bahasa visual.
Perilaku yang dibuat oleh anak hampir semuanya adalah sifat yang berkesenian mulai dari kegiatan permainan yang biasanya dilakukan anak. Anak pada usia dini belum bisa berfikir dengan baik, tapi anak seusia tersebut bisa merasakan. Perbuatan yang dilakukan anak akan bercampur dengan persaan. Anak dini akan mudah mencorat coret tembok, hal itu sebaiknya dibiarkan karena apa yang dilalukan anak secara refleks. Proses komunikasi yang terjadi ketika anak menggambar sebenarnya adalah komunikasi intrapersonal yang egois semua kejadian ingin disatukan dalam gambar anak. Komunikasi ini sebagai bahasa rupa (visual), dimana angan dan pkiran diungkapkan lewat bentuk-bentuk. Bisa saja gambar tesebut menjadi suatu bentuk yang tidak kelihatan karena proses yang tidak terkendi

Pengelompokan periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah mengenali karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya.

1.        Masa Coreng-Moreng (Scribbling Period) usia 2-5 tahun
Pada tahap ini goresan yang dibuat tidak karuan, hanya sekedar corat coret. Hal ini sejalan dengan perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar. Mencorat cotet kertas yang tidak beraturan dilakukan anak pada usia 2-3 tahun belum bisa memperhatikan bagus jeleknya coretan, sobek tidaknya kertas, melebihi margin kertas yang penting mencorat coret sesuka dan sepuasnya dengan mengikuti perkembangan gerak motoriknya. Hal ini belum adanya kerjasama antara koordina perkembangan visual dengan perkembangan motoriknya.
Pada tahap goresan usia 3-5 tahun  corengan yang dilakukan anak seusia tersebut sudah bisa membuat sebuah garis seperti horisontal, vertikal sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama  seperi “lingkaran”,”panjang”,”rumah”,”pohon” Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik.

       2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period) usia 3-5  tahun
Pada tahap ini anak mencoba-coba untuk membuat apa yang ia lihat. Misalnya membuat kepala dengan bentuk lingkarany dan kaki dibuat garis, tangantangannyapun dibuat garis menyamping kiri dan kanan, jari-jarinya dibuat garis sejumlah jarinya, kadang jumlah jarinya lebih ataupunn kurang. Untuk pembuatan gunung yang digambar dengan bentuk segitiga kembardisebelah kanan dan kiri, jalan yang dibuat lurus tanpa menggunakan pespektif. mereka tak mengenal warna yang sesungguhnya, tetapi mereka akan mewarnai sesuai dengan warna yang disukainya. Warna-warna yang disukainya biasanya berwarna yang cerah (warna krayon).

                      3. Masa Bagan (Schematic Period)3-7
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah (tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan). Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line)


            4. Masa Realisme Awal (Early Realism)usia 7-8 tahun
 Pada masa ini anak sudah mulai meniru dengan  realitan kenyataan dan sudah menggunakan persdpektif. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.

 5. Masa Naturalisme Semu 9-14 tahun
            Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi) serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya. Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari. Ada sesuatu yang unik pada masa ini, di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya, rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar ini seperti kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada sesamanya. 

               6. Priode Penentuan usia 15 tahun
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan.

Pendidikan seni salah satu konsep untuk mendidik anak usia dini. Tujuan ini buka menjadikan anak sebagai seniman atau seniwati, tetap untuk mengajak anak lebih kreatif sedini mungkin dalam melakukan sesuatu.  Dengan adanya  psikologi seni terhadap anak,dapat menambah wawasan anak yang semakin luas untuk berkreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar