Karya
seni merupakan suatu ungkapan atau perasaan seseorang yang dituangan melalu
hasil karya. Dengan adanya seni seseorang dapat menuangkan ide, gagasan,
imajinasi, sesuai dengan lingkungan disekitarnya. Ada yang beranggapan seni ada
sejak manusia itu dilahirkan. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak seusia
dini merupakan kegiaan yang berkesenian.
Pada
masa dini anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Mulai
dari pertumbuhan, berbicara ataupun berbahasa , perkembangan mental dan anakpun
mudah meniru apa yang terjadi di alam dan melihat kenyataan yang ada. Untuk itu
anak perlu didikan yang khusus dan jauhkan anak dari pengaruh sikap dan
buruknya suatu perbuatann karena apa yang ia lihat akan mudah ditangkap oleh
anak. seorang ibu tidak ingin menjadikan anak mempunyai sikap dan buruk dari
dini hingga ia tua. Hal yang paling penting yang harus dilakukan oleh orang tua
dan guru pada masa ini adalah dengan memberi perhatian terhadap karya yang
sedang dibuat anak sehingga tercipta kemampuan komunikasi anak dengan orang
deswasa secara melalui bahasa visual.
Perilaku
yang dibuat oleh anak hampir semuanya adalah sifat yang berkesenian mulai dari
kegiatan permainan yang biasanya dilakukan anak. Anak pada usia dini belum bisa
berfikir dengan baik, tapi anak seusia tersebut bisa merasakan. Perbuatan yang
dilakukan anak akan bercampur dengan persaan. Anak dini akan mudah mencorat
coret tembok, hal itu sebaiknya dibiarkan karena apa yang dilalukan anak secara
refleks. Proses komunikasi yang terjadi ketika anak menggambar sebenarnya
adalah komunikasi intrapersonal yang egois semua kejadian ingin disatukan dalam
gambar anak. Komunikasi ini sebagai bahasa rupa (visual), dimana angan dan pkiran diungkapkan lewat
bentuk-bentuk. Bisa saja gambar tesebut menjadi suatu bentuk yang tidak
kelihatan karena proses yang tidak terkendi
Pengelompokan
periodisasi karya seni rupa anak dimaksudkan agar kita mudah mengenali
karakteristik perkembangan anak berdasarkan usianya.
1.
Masa Coreng-Moreng (Scribbling
Period) usia 2-5 tahun
Pada tahap ini goresan
yang dibuat tidak karuan, hanya sekedar corat coret. Hal ini sejalan dengan
perkembangan motorik tangan dan jarinya yang masih menggunakan motorik kasar.
Mencorat cotet kertas yang tidak beraturan dilakukan anak pada usia 2-3 tahun
belum bisa memperhatikan bagus jeleknya coretan, sobek tidaknya kertas,
melebihi margin kertas yang penting mencorat coret sesuka dan sepuasnya dengan
mengikuti perkembangan gerak motoriknya. Hal ini belum adanya kerjasama antara
koordina perkembangan visual dengan perkembangan motoriknya.
Pada tahap goresan usia
3-5 tahun corengan yang dilakukan anak
seusia tersebut sudah bisa membuat sebuah garis seperti horisontal, vertikal sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya
bahkan telah memberinya nama seperi “lingkaran”,”panjang”,”rumah”,”pohon” Corengan
terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap
coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara
koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik.
2. Masa Pra Bagan (Pre Schematic Period) usia
3-5 tahun
Pada tahap ini anak
mencoba-coba untuk membuat apa yang ia lihat. Misalnya membuat kepala dengan
bentuk lingkarany dan kaki dibuat garis, tangantangannyapun dibuat garis
menyamping kiri dan kanan, jari-jarinya dibuat garis sejumlah jarinya, kadang
jumlah jarinya lebih ataupunn kurang. Untuk pembuatan gunung yang digambar
dengan bentuk segitiga kembardisebelah kanan dan kiri, jalan yang dibuat lurus
tanpa menggunakan pespektif. mereka tak mengenal warna yang sesungguhnya,
tetapi mereka akan mewarnai sesuai dengan warna yang disukainya. Warna-warna
yang disukainya biasanya berwarna yang cerah (warna krayon).
3. Masa
Bagan (Schematic Period)3-7
Konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung
mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah
(tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus
dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan).
Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis
pijak (base line)
4. Masa
Realisme Awal (Early Realism)usia 7-8 tahun
Pada masa ini anak sudah mulai meniru dengan realitan kenyataan dan sudah menggunakan persdpektif.
Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan
objek, proporsi (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman
warna sudah mulai disadari. Warna biru langit berbeda dengan biru air. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain
seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan
kesenangan umum, misalnya: anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan
kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.
5. Masa
Naturalisme Semu 9-14 tahun
Pengamatan kepada objek lebih rinci. Tampak
jelas perbedaan anak-anak bertipe haptic dengan tipe visual. Tipe visual
memperlihatkan kesadaran rasa ruang, rasa jarak dan lingkungan, dengan fokus
pada hal-hal yang menarik perhatiannya. Penguasaan rasa perbandingan (proporsi)
serta gerak tubuh objek lebih meningkat. Tipe haptic memperlihatkan tanggapan
keruangan dan objek secara subjektif, lebih banyak menggunakan perasaannya.
Gambar-gambar gaya kartun banyak digemari. Ada sesuatu yang unik pada masa ini,
di mana pada satu sisi anak ekspresi kreatifnya sedang muncul sementara
kemampuan intelektualnya berkembang dengan sangat pesatnya. Sebagai akibatnya,
rasio anak seakan-akan menjadi penghambat dalam proses berkarya. Apakah gambar
ini seperti kucing? Sementara kemampuan menggambar kucing kurang
misalnya.Sebagai akibatnya mereka malu kalau memperlihatkan karyanya kepada
sesamanya.
6. Priode
Penentuan usia 15 tahun
Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri.
Perbedaan tipe individual makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan
melanjutkan kegiatannya dengan rasa senang, tetapi yang merasa tidak berbakat
akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa bimbingan. Dalam hal ini
peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan bahwa keterlibatan
manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan urusan
seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari
sentuhan.
Pendidikan
seni salah satu konsep untuk mendidik anak usia dini. Tujuan ini buka menjadikan
anak sebagai seniman atau seniwati, tetap untuk mengajak anak lebih kreatif
sedini mungkin dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya psikologi seni terhadap anak,dapat menambah wawasan anak yang semakin luas untuk berkreatif.